Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap jiwa terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang lain)? Mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah. Katakanlah, "Sebutkanlah sifat-sifat mereka itu." Atau apakah kamu hendak memberitahukan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di bumi, atau (mengatakan tentang hal itu) sekedar perkataan pada lahirnya saja. Sebenarnya bagi orang kafir, tipu daya mereka itu dijadikan terasa indah, dan mereka dihalangi dari jalan (yang benar). Dan barangsiapa disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun yang memberi petunjuk baginya. Ibn Katsir
أفمن هو قائم على كل نفس يُحصي عليها ما تعمل، أحق أن يعبد، أم هذه المخلوقات العاجزة؟ وهم -من جهلهم- جعلوا لله شركاء مِن خَلْقه يعبدونهم، قل لهم -أيها الرسول-: اذكروا أسماءهم وصفاتهم، ولن يجدوا من صفاتهم ما يجعلهم أهلا للعبادة، أم تخبرون الله بشركاء في أرضه لا يعلمهم، أم تسمونهم شركاء بظاهر من اللفظ من غير أن يكون لهم حقيقة. بل حسَّن الشيطان للكفار قولهم الباطل وصدَّهم عن سبيل الله. ومَن لم يوفِّقه الله لهدايته فليس له أحد يهديه، ويوفقه إلى الحق والرشاد.
(Maka apakah Tuhan yang menjaga) yakni mengawasi (setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya) yaitu berupa amal kebaikan dan keburukan, sama keadaan-Nya dengan berhala-berhala yang tidak demikian keadaannya; tentu saja tidak. Pengertian ini ditunjukkan oleh firman selanjutnya, yaitu (Mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah. Katakanlah, "Sebutkanlah sifat-sifat mereka itu.") kepada-Nya, siapakah berhala-berhala itu (atau) bahkan apakah (kalian hendak memberitakan kepada Allah) menceritakan kepada-Nya (mengenai apa) yakni sekutu (yang tidak diketahui)-Nya (di bumi) istifham atau kata tanya di sini mengandung pengertian ingkar; artinya jelas tidak ada sekutu itu, sebab jika sekutu itu ada niscaya Dia akan mengetahuinya, Maha Tinggi Allah dari semua sekutu (atau) bahkan mereka menamakannya sebagai sekutu-sekutu Allah (kalian mengatakan sekadar perkataan pada lahirnya) dengan sangkaan yang batil, lagi hal itu tidak ada kenyataannya pada batinnya. (Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan memandang baik tipu daya mereka) yang dimaksud ialah kekafiran mereka (dan dihalanginya dari jalan yang benar) yaitu hidayah. (Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tak ada seorang pun baginya yang akan memberi petunjuk).
Tafsir Tahlili
Dalam ayat ini, Allah swt mencela kebodohan orang-orang kafir dan musyrik yang menyembah selain Allah, yaitu benda-benda yang mereka anggap sebagai Tuhan mereka, yang tidak dapat memberikan manfaat dan mudarat, tidak mengetahui apa-apa yang dikerjakan manusia, dan tidak pula dapat mengawasi serta memberikan pahala ataupun siksa kepada manusia berdasarkan amal dan perbuatannya. Allah mengatakan, “Apakah Allah yang mengawasi perbuatan mereka sama dengan apa-apa yang dipertuhankan mereka yang tidak mempunyai sifat-sifat seperti itu?”
Karena kaum musyrikin menjadikan beberapa sekutu bagi Allah swt, maka Allah memerintahkan rasul-Nya untuk mengatakan kepada mereka, “Sebutkanlah sifat-sifat yang dimiliki oleh apa yang kamu anggap sebagai tandingan atau sekutu Allah!” Semuanya sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat kesempurnaan seperti yang dimiliki Allah swt. Oleh sebab itu, tidaklah pantas untuk menjadi sekutu-Nya.
Ucapan dan tuntutan mereka kepada Nabi Muhammad seperti tersebut di atas juga memberikan kesan adanya anggapan mereka bahwa Allah seakan-akan tidak mengetahui apa yang terjadi di bumi ini. Oleh sebab itu, dalam ayat ini Allah swt mempertanyakan kepada mereka, apakah mereka mengucapkan kata-kata tersebut dengan maksud untuk memberitahukan kepada Allah swt tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di bumi yang mereka anggap tidak diketahui Allah? Padahal Allah mengetahui apa saja yang terjadi di alam ini.
Karena kaum musyrikin itu mempersekutukan Allah dengan yang lain, maka dalam ayat ini Allah swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk menanyakan kepada mereka, apakah mereka menyebut-nyebut “sekutu-sekutu” Allah hanya sekedar ucapan lahiriyah saja, dan tidak mempunyai hakikat kebenaran sama sekali? Kalau demikian halnya, maka ucapan mereka adalah omong kosong yang tidak mempunyai hakikat kebenaran sama sekali. Padahal Allah sama sekali tidak mempunyai sekutu. Dia Mahatinggi dan Maha Sempurna.
Pada akhir ayat ini, Allah swt membuka tabir rahasia dari kesesatan orang-orang kafir dan musyrik, yaitu mereka telah terpukau oleh berbagai godaan setan yang menggambarkan kepada mereka bahwa tipu daya yang mereka lakukan itu adalah suatu kebaikan dan perbuatan yang terpuji. Oleh karena mereka telah menuruti rayuan setan tersebut, maka mereka telah dihalangi dan diselewengkan dari jalan Allah. Siapa yang telah menyimpang dari jalan Allah, maka tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepada orang-orang itu karena mereka telah menuruti kemauan setan.
'Ibrahim[14]:1
Alif Lām Rā. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji. Ibn Katsir
(الر) سبق الكلام على الحروف المقطَّعة في أول سورة البقرة.
(Alif laam raa) hanya Allahlah yang mengetahui maksudnya. Alquran ini adalah (Kitab yang Kami turunkan kepadamu) Muhammad (supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan) dari kekafiran (kepada cahaya) yaitu agama Islam. (Dengan izin) perintah (Rabb mereka) lafal an-nuur diterangkan secara jelas pada ayat berikut ini: (yaitu ke jalan) tuntunan (Tuhan Yang Maha Perkasa) Maha Menang (lagi Maha Terpuji.) Yang Maha Terpuji.
Tafsir Tahlili
Surah ini dimulai dengan “Alif Lām Rā”. (Lihat tafsirnya pada jilid pertama pada judul “mafātihus suwar”.) Dalam firman Allah swt sesudah Alif Lām Rā menjelaskan maksud dan tujuan diturunkannya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad. Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah agar petunjuk dan peraturan-peraturan yang dibawa Al-Qur’an itu dapat menjadi tuntunan dan bimbingan kepada umatnya. Dengan petunjuk itu mereka dapat dikeluarkan dari kegelapan ke cahaya yang terang-benderang, atau dari kesesatan dan kejahilan ke jalan yang benar dan mempunyai ilmu pengetahuan serta peradaban yang tinggi, sehingga mereka memperoleh rida dan kasih sayang Allah swt di dunia dan di akhirat.
Penegasan tentang fungsi Al-Qur’an ini sangat penting sekali, apalagi jika dihubungkan dengan ayat-ayat yang lalu, di mana Allah swt telah menyebut-kan adanya orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an, baik sebagian, maupun keseluruhannya.
Selanjutnya dalam ayat ini diterangkan bahwa Rasulullah hanya dapat menjalankan tugas tersebut di atas dengan izin dan bantuan dari Allah swt, dengan cara memberi kemudahan dan menguatkan tekad beliau dalam menghadapi segala rintangan. Al-Qur’an merupakan jalan yang dibentangkan Allah Yang Mahakuasa dan Maha Terpuji bagi Nabi Muhammad dan umatnya.
'Ibrahim[14]:3
(yaitu) orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada (kehidupan) akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan (jalan yang) bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh. Ibn Katsir
وهؤلاء الذين أعرضوا ولم يؤمنوا بالله ويتبعوا رسله هم الذين يختارون الحياة الدنيا الفانية، ويتركون الآخرة الباقية، ويمنعون الناس عن اتباع دين الله، ويريدونه طريقًا معوجًا ليوافق أهواءهم، أولئك الموصوفون بهذه الصفات في ضلال عن الحق بعيد عن كل أسباب الهداية.
(Yaitu orang-orang) kedudukannya sebagai sifat (yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat dan menghalang-halangi) manusia (dari jalan Allah) yaitu agama Islam (dan menginginkan supaya ia) jalan Allah tersebut (bengkok) tidak lurus. (Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh) yakni sesat dari jalan yang hak dan benar.
Tafsir Tahlili
Dalam ayat ini, Allah swt menjelaskan bahwa orang-orang yang lebih menyukai kehidupan duniawi daripada kehidupan ukhrawi, menghalangi orang lain dari jalan Allah, dan menginginkan agar orang-orang menjauhi jalan lurus yang diberikan Allah kepada manusia, mereka itu sesat sejauh-jauhnya.
Berbagai urusan duniawi tidak boleh melalaikan kita dari mempersiapkan diri bagi kehidupan ukhrawi. Akan tetapi, kehidupan duniawi itu juga tidak boleh diabaikan sama sekali, sebagaimana firman Allah:
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia (al-Qaṣaṣ/28: 77)
Orang-orang kafir tidak hanya mengingkari Al-Qur’an, tetapi juga menghalang-halangi orang lain untuk mengikuti jalan yang benar itu, yaitu menghalangi manusia mengenal ajaran Islam dan menjadikannya pedoman hidup. Dengan demikian, mereka adalah orang-orang yang sesat dan berusaha menyesatkan orang lain, sehingga kejahatan mereka berlipat ganda.
Mereka juga berusaha dengan berbagai tipu daya agar jalan lurus yang ditunjukkan Allah itu menjadi bengkok. Mereka menukar ayat-ayat Allah dengan apa yang sesuai dengan kehendak hawa nafsu dan maksud jahat mereka. Dengan demikian, maka kesalahan yang mereka lakukan menjadi berlipat ganda lagi. Sewajarnyalah mereka itu ditimpa kemurkaan Allah karena mereka itu telah sesat dan kafir.
'Ibrahim[14]:12
Dan mengapa kami tidak akan bertawakal kepada Allah, sedangkan Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh, akan tetap bersabar terhadap gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang yang bertawakal berserah diri." Ibn Katsir
وكيف لا نعتمد على الله، وهو الذي أرشدنا إلى طريق النجاة من عذابه باتباع أحكام دينه؟ ولنصبرنَّ على إيذائكم لنا بالكلام السيئ وغيره، وعلى الله وحده يجب أن يعتمد المؤمنون في نصرهم، وهزيمة أعدائهم.
("Mengapa kami) huruf allaa asalnya adalah gabungan daripada an dan laa (tidak bertawakal kepada Allah) artinya tidak ada yang melarang kami untuk melakukan hal tersebut (padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap perlakuan-perlakuan kalian yang menyakitkan kami) di dalam menghadapi gangguan-gangguan yang kalian lakukan terhadap kami. (Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal berserah diri.")
Tafsir Tahlili
Pada ayat ini diterangkan penegasan para rasul kepada umat mereka, bahwa bagi mereka tidak ada alasan sama sekali untuk tidak bertawakal kepada Allah swt, karena Dia telah memberikan rahmat dan nikmat yang banyak sekali kepada mereka. Di antaranya ialah bahwa Allah swt telah menunjukkan kepada mereka jalan lurus yang mengantarkan mereka kepada cahaya iman yang terang benderang sehingga mereka memperoleh rida-Nya di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu, mereka akan menghadapi semua ancaman umat mereka dengan penuh kesabaran dan keuletan serta tawakal kepada Yang Mahakuasa. Hanya kepada Allah semata-mata orang-orang mukmin bertawakal dan berserah diri. Mereka tidak merasa gentar ataupun takut terhadap ancaman orang-orang yang tidak beriman karena segala sesuatu di alam ini tunduk di bawah kekuasaan Allah.
'Ibrahim[14]:30
Dan mereka (orang kafir) itu telah menjadikan tandingan bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah (Muhammad), "Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu ke neraka." Ibn Katsir
وجعل هؤلاء الكفار لله شركاء عبدوهم معه؛ ليُبْعدوا الناس عن دينه. قل لهم -أيها الرسول-: استمتعوا في الحياة الدنيا؛ فإنها سريعة الزوال، وإن مردَّكم ومرجعكم إلى عذاب جهنم.
(Orang-orang yang kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah) tandingan-tandingan (supaya mereka menyesatkan manusia) dapat dibaca liyudhilluu dan liyadhilluu (dari jalan-Nya) yaitu agama Islam. (Katakanlah) kepada mereka ("Bersenang-senanglah kalian) dengan keduniaan kalian dalam waktu yang sedikit (karena sesungguhnya tempat kembali kalian) yaitu tempat menetap kalian (ialah neraka.")
Tafsir Tahlili
Ayat ini menerangkan tindakan kedua dan ketiga yang menyebabkan Allah menimpakan azab yang pedih kepada mereka.
Sebab yang kedua ialah tindakan mempersekutukan Allah. Termasuk dalam tindakan ini ialah:
1. Mengakui Tuhan itu banyak.
2. Menyembah yang lain di samping menyembah Allah.
3. Mengakui sesuatu selain Allah mempunyai kekuatan dan kekuasaan seperti kekuatan dan kekuasaan Allah swt.
Mempersekutukan Allah adalah kepercayaan orang-orang Arab Jahiliah. Mereka mempunyai sesembahan selain Allah. Sesembahan itu ada yang berupa patung-patung yang mereka buat, di antaranya ada yang mereka letakkan di sekeliling Ka’bah. Mereka percaya kepada tenung dan ramalan nasib. Jika mereka ingin melakukan sesuatu pekerjaan yang penting atau perjalanan yang jauh, mereka pergi ke Ka’bah dan menyuruh penjaganya mengadakan undian. Hasil undian inilah yang menentukan apakah mereka akan melakukan pekerjaan atau perjalanan jauh atau tidak.
Sebab yang ketiga ialah orang-orang kafir berusaha menyesatkan manusia dari jalan Allah. Mereka menghalang-halangi, bahkan membunuh orang-orang yang melakukan pekerjaan atau mengikuti agama Islam.
Ketiga macam perbuatan di atas adalah perbuatan dosa besar. Oleh karena itu, Allah swt memerintahkan Nabi Muhammad agar menyampaikan peringatan keras-Nya kepada manusia. Jika mereka tetap ingkar, biarkan mereka berbuat sesuka hatinya, bersenang-senang, dan berbuat kebinasaan di muka bumi dalam waktu tertentu, sampai Allah menimpakan azab yang keras kepada mereka.
Hal ini ditegaskan oleh firman Allah swt:
قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيْلًا ۖاِنَّكَ مِنْ اَصْحٰبِ النَّارِ
Katakanlah, “Bersenang-senanglah kamu dengan kekafiranmu itu untuk sementara waktu. Sungguh, kamu termasuk penghuni neraka. (az-Zumar/39: 8)