Hadis Palsu Tentang Fadilah al-Qur'an

الأنبياءُ سادةُ أهل الجنة، والعلماء قواد أهل الجنة، وأهل القرآن عرفاء أهل الجنة .

Nabi-nabi itu adalah pemimpin ahli syurga, dan ulama-ulama itu adalah penglima-panglima ahli syurga, sedangkan ahli Qur’an, mereka adalah para cendikiawan ahli syurga.

 

  • Hadis ini dihukumkan palsu kerena merupakan rekayasa Mujasyi’ ibn Amru seperti dikatakan oleh Ibn al-Jawzi, al-Zahabi dll. Lihat: al-Mawdu’at, jil. 1, hal. 253; al-La’ali’ , jil. 1, hal. 244-245; Tartib al-Mawdu’at, hadis no. 154; Tanzih al-syari’ah, jil. 1, hal. 293.


مَن عَلمَهُ اللهُ القرآنَ ثم شَكىَ الفَقْرَ، كَـتبَ اللهُ الفَقْرَ بـَيْنَ عَيْنَيْهِ إِلىَ يَوْم القِيَامَةِ .

Barangsiapa yang diberikan/diajarkan oleh Allah al-Qur’an kemudian masih mengeluh akan kemiskinan, maka Allah akan tuliskan kemiskinan diantara kedua matanya sampai hari kiamat.

 

  • Hadis ini diriwayatkan oleh al-Uqayli dari Ibn Abbas. pada sanadnya terdapat Dawud ibn Muhbir, Salam al-Qari dan Juwaibir yang dituduh pemalsu hadis. Lih. al-Mawdu’at, jil. 1, hal. 254; al-La’ali’, jil. 1, hal. 246; Tartib al-Mawdu’at, hadis no. 156; al-Fawa’id, hadis no. 955; Tanzih al-Syari’ah, jil. 1, hal. 287. al-Du’afa’ al-Kabir, jil. 2, hal. 161.


يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، عَلِّمِ الْقُرْآنَ وَتَعَلَّمْ، فَإِنْ مِتَّ زَارَتِ اْلمَلاَئِكَةُ قَبْرَكَ كَمَا يُزَارُ الْبَيْتُ، فَإِنْ أَحْبَبْتَ أَنْ لاَ تُوْقِفْ عَلىَ الصِّرَاطِ طَرْفَةَ عَيْنٍ، فَلاَ تُحَدِّثُ فِي الدِّيْنِ حَدِيْثًا بِرَأْيِكَ .

Hai Abu Hurairah, belajar dan ajarkanlah al-Qur’an, sebab jika engkau mati maka kuburanmu akan diziarahi oleh para malaikat sebagaimana mereka menziarahi Ka’bah. Dan jika kamu senang untuk tidak berhenti di jembatan (siratal mustaqim) sejenakpun, maka hendaklah kumu jangan memberikan komentar tentang masalah agama dengan menggunakan logikamu.

 

  • Hadis ini diriwayatkan oleh al-Khatib, namun dalam sanadnya terdapat Abdullah ibn Salih al-Yamani dari Abu Humam al-Qurasyi. Kedua perawi inilah penyebab hadis ini dihukumkan palsu. Selain itu, lafaz dan maknanya juga menunjukkan kepalsuan hadis ini. Lih. Tarikh Baghdad, jil. 4, hal. 380; al-Mawdu’at, jil. 1, hal. 264; al-La’ali’, jil. 1, hal. 222; Tartib al-Mawdu’at, hadis no. 170; Tanzih al-Syari’ah, jil. 1, hal. 268.


مَنْ حَفِظَ القُرْآنَ نَظْرًا، خَفَّفَ عَنْ أَبَوَيْهِ الْعَذَابَ وَإِنْ كَانَا كَافِرًا.

Barang siapa yang menghafal al-Qur’an dengan cara masih membaca/melihat, maka akan diringinkan siksaan yang menimpa kedua orangtuanya meskipun mereka orang kafir.

 

  • Hadis palsu ini diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam al-Majruhin. Dalam sanadnya terdapat Muhammad ibn Muhajir yang disifatkan sebagai pendusta. Selain itu, dari sisi matan, makna hadis ini bertentangan dengan banyak hadis sahih tentang konsep dosa orang-orang kafir. Lih. al-Majruhin, jil. 2, hlm. 311; Mawdu’at al-Kubra, jil. 1, hlm. 254; Tartib al-Mawdu’at, hadis no. 155; al-Fawa’id, hlm. 308, Tanzih al-Syari’ah, jil. 1, hlm. 293-294.


مَنْ قَرَأَ اْلقُرْآنَ فَلَهُ مِائَتَا دِيْنَارٍ، فَإِنْ لَمْ يُعْطَهَا فِي الدُّنْيَا أُعْطِيْهَا فِي اْلآخِرَةِ.

 Siapa yang membaca al-Qur’an maka baginya duaratus dinar, jika belum diberikan di dunia, maka akan diberikan di akhirat.

 

  • Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Adiy dalam al-Kamil dari Ali, namun dalam sanadnya terdapat Juwaibir dan Amr ibn Jumayi’ yang disifatkan sebagai pendusta. Selain itu, dari segi bahasa, ciri kepalsuannya juga nampak jelas. Lih. al-Kaamil, jil. 5, hal. 112; al-Mawdu’at, jil. 1, hal. 255; al-La’ali’, jil. 1, hal. 246; Tartib al-Mawdu’at, hadis no. 157; al-Fawa’id, hadis no. 956; Tanzih al-Syari’ah, jil. 1, hal. 287.


إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنَ اللَّيْلِ فَلْيَهْجَرْ بِقِرَاءَتِهِ فَإِنَّهُ يُطْرِدُ بِهَا مَرْدَةَ الْجِنِّ، وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةََ الَّذِيْنَ فِي الْهَوَاءِ يُصَلوْنَ بِصَلاَتِهِ وَيَسْتَمِعُوْنَ لِقِرَاءَتِهِ.

Jika salah seorang di antara kalian yang bangun pada malam hari, hendaklah membaca al-Qur’an dengan suara keras, karena hal itu dapat mengusir pengaruh setan. Dan para malaikat yang ada di langit akan berdoa seperti doa yang dibacanya dan akan memohonkan ampun untuknya.

 

  • Hadis yang diriwayatkan al-Uqayli ini dihukumkan sebagai palsu oleh beberapa ulama seperti Ibn al-Jawzi, al-Zahabi dan al-Syawkani karena pada sanadnya terdapat al-Kudaymi dan Dawud al-Kirmani yang dituduh pendusta oleh banyak kritikus perawi. Lih. al-Mawdu’at, jil. 1, hal. 251; Tartib al-Mawdu’at, hadis no. 152; al-Fawa’id, hadis no. 951; Tanzih al-Syari’ah, jil. 1, hal. 292. al-La’ali’, jil. 1, hal. 240.


مَنْ قَرَأَ ثَلَثَ الْقُرْآنِ أُعْطِيَ ثَلَثَ النُّبُوَّةِ، وَمَنْ قَرَأَ ثُلُثَيْهِِ أُعْطِيِ ثُلُثَيْهِ، وَمَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ فَكَأَنَّمَا أُعْطِيَ الْنُّبُوَّةِ كُلَّهَا.

Barang siapa yang membaca sepertiga al-Qur’an maka diberikan kepadanya sepertiga kenabian, dan barangsiapa yang membaca duapertiganya maka diberikan kepadanya duapertiganya (kenabian), dan barangsiapa membaca seluruh al-Qur’an maka seolah-olah sudah diberikan kepadanya seluruh kenabian.

 

  • Hadis diriwayatkan oleh Ibn al-Jawzi dari Abu Umamah melalui Bisr ibn Numayir yang disifatkan matruk dan dituduh sebagai pemalsu hadis. Ibn al-Jawzi, al-Zahabi dan al-Syawkani menghukum hadis ini palsu. al-Suyuti menolaknya dengan beberapa alasan. Menurut penulis, matan hadis ini menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa ia palsu. Lih. al-Mawdu’at, jil. 1, hal. 252; al-La’ali’, jil. 1, hal. 243; Tartib al-Mawdu’at, hadis no. 153; al-Fawa’id, hadis no. 952; Tanzih al-Syari’ah, jil. 1, hal. 292-293.