Hadis Palsu Tentang Fadilah Surah Tertentu

مَنْ قَرَأَ الْبَقَرَةَ وَآلَ عِمْرَانَ وَلَمْ يُدْعَ بِـ #الشَيْخِ#، فَقَدْ ظُلِمَ
Barang siapa yang (bisa/sudah) membaca surah al-Baqarah dan Aali Imran dan belum dipanggil sebagai “syekh” (ustaz) maka orang yang memanggilnya tersebut sudah zalim.
  • Hadis palsu ini disebutkan oleh al-Amir al-Maliki, beliau mengatakan bahwa hadis ini tidak mempunyai asal. Lih. al-Nukhbah al-bahiyyah, hadis no. 370.

مَنْ سَمِعَ يس عَدَلَتْ لَهُ عِشْرِيْنَ دِيْنَارًا فِي سَبِيْلِ اللهِ، وَمَنْ قَرَأَهَا عَدَلَتْ لَهُ عِشْرِيْنَ حَجَّةً، وَمَنْ كَتَبَهَا وَشَرَبِهَا أَدْخِلَتْ فِي جَوْفِهِ أَلْفُ نُوْرٍ، وَأَلْفُ يَقِيْنٍ، وَأَلْفُ رَحْمَةٍ، وَنُزِعَتْ مِنْهُ كَلُّ دَاٍء.
Barang siapa yang mendengarkan surah Yasin maka hal itu sama dengan orang yang menginfakkan untuk di jalan Allah sebanyak 25 dinar. Dan barang siapa yang membacanya, maka hal itu sama dengan pergi haji sebanyak 20 kali. Dan barangsiapa menulisnya dan meminumnya, maka akan dimasukkan ke dalam mulutnya seribu cahaya, seribu keyakinan, seribu rahmat, dan akan dikeluarkan dari dalam dirinya segala macam penyakit.
  • Hadis diriwayatkan oleh al-Khatib dari Ali, pada sanadnya terdapat Isma’il ibn Yahya, dan melalui sanad lain yang dibuat oleh Ahmad ibn Harun. Kedua-duanya dituduh pendusta. Lih. al-Mawdu’at, jil. 1, hal. 246; al-La’ali’, jil. 1, hal. 243; Tartib al-Mawdu’at, hadis no. 146; al-Fawa’id, hadis no. 952; Tanzih al-syari’ah, jil. 1, hal. 286.

مَن قَرأ سُورَةَ الأَعْلَى أَعْطَاهُ اللهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ بِعَدَدِ حَرْفٍ أَنْزَلَ اللهُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَمُوْسَى وَمُحَمَّدٍ عَلَيْهِمُ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ.
Barang siapa yang membaca surah al-A’la, maka Allah memberinya sepuluh kebaikan sebanyak bilangan huruf yang Allah turunkan kepada nabi Ibrahim, nabi Musa dan nabi Muhammad saw.
  • Hadis ini disebutkan dalam kitab Tafsir Zamakhsyari (jld 4, hlm. 205), Tafsir Baydowi (jld. 1, hlm. 354), kedua-duanya ketika menafsirkan surah al-A’la. al-Khubawi menyebutkanya dalam kitab Durrat al-Nasihin (hlm. 293).

مَنْ قَرَأَ أَلَمْ نَشْرَحْ وَ أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فِي الفَجْرِ، لَمْ يُرْمَدْ.
Barang siapa yang membaca surah al-Insyirah dan al-Fiil di waktu fajar maka dia tidak akan tertimpa penyakit mata.
  • Hadis ini dihukumkan palsu oleh Ibn al-Jawzi, Ibn Hajar, al-Suyuti, al-Munawi dll. (Lih. Ibn al-Jawzi, al-Mawdu’at, jil. 1, hlm. 339-341; Ibn Hajar, al-Kaafi al-shaaf, hlm. 184; al-Suyuti, al-La’ali, jil. 1, hlm. 226-227) al-Munawi, Fath al-samaawi, jil. 3, hlm. 1094). Alasannya, hadis ini termasuk yang dipalsukan (dibuat) oleh Maysarah Ibn Abd Rabbuh.

مَنْ قَرَأَ هُمَا (أَلَمْ نَشْرَحْ وَ أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ) فِي رَكَعَتِي الْفَجْرِ، قَصُرَتْ بِهِ يَدُ كُلِّ ظَالِمٍ وَعَدُوٍّ عَنْهُ، وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ إِلَيْهِ سَبِيلاً .
 Barang siapa membaca kedua surah, yaitu al-Insyiroh dan al-Fiil dalam 2 raka’at salat fajar maka ia akan selamat dari tangan-tangan orang-orang zalim dan musuh-musuhnya, dan mereka tidak diberikan jalan (untuk menyakitinya)
  • Hadis palsu ini disebutkan oleh al-Amir al-Maliki, beliau mengatakan bahwa hadis ini tidak mempunyai asal. Lih. al-Nukhbah al-bahiyyah, hadis no. 371. Hemat penulis, bahasa matan hadis ini menunjukkan kepalsuannya

مَنْ قَرَأَ سورة الكَوْثَرِ سَقَاهُ اللهُ مِن كُلِّ نَهْرٍ في الجَنَّةِ، وَيُكتَبُ لَهُ عَشْرُ حَسَنَاتٍ بِعَدَدِ كُلِّ قُرْبَانٍ قَرَّبَهُ العَبْدُ يَوْمَ النَّحْرِ.
Barang siapa membaca surah al-Kawthar, maka Allah akan memberinya minum dari setiap sungai di syurga, dicatatkan untuknya sepuluh kebaikan sebanyak qurban yang disembil hamba-hamba Allah pada hari nahr (idul adha dan hari tasyriq)
  • Hadis palsu ini juga disebutkan oleh al-Amir al-Maliki, beliau mengatakan bahwa hadis ini tidak mempunyai asal. Lih. al-Nukhbah al-bahiyyah, hadis no. 371. Menurut penulis, bahasa hadis ini menunjukkan kepalsuannya

مَنْ قَرَأَ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ أَلْفَ مَرَّةٍ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ فِي مِائَةِ رَكْعَةٍ، لَمْ يَخْرُجْ مِنَ الدُّنْيَا حَتىَّ يَبْعَثَ اللهُ إِلَيْهِ فِي مَنَامِهِ مِائَةَ مَلَكٍ، ثَلاَثُوْنَ يُبَشِّرُوْنَ بِالْجَنَّةِ، وَثَلاَثُوْنَ يُؤَمِّنُونَهُ مِنَ النَّارِ، وَثَلاَثُوْنَ يَعْصِمُوْنَهُ مِنْ أَنْ يَخْطِئَ، وَعَشْرٌ يَكِيْدُونَ مَنْ عَادَهُ.
Barang saiapa yang pada malam Nisfu Sya’ban membaca Qul huwa Allahu ahad 1000 x dalam 100 reka’at, maka dia tidak akan meninggal sampai Allah mengirimkan 100 malaikat yang datang dalam mimpinya; 30 malaikat yang memberikan kabar gembira bahwa dia akan dimasukkan syurga, 30 malaikat yang menjaganya dari neraka, 30 malaikat yang memeliharanya dari kesalahan, dan 10 malaikat lainnya menolangnya dari mereka yang memusuhinya.
  • Hadis palsu ini disebutkan dalam kitab Tafsir Zamakhsyari (jld 4, hlm. 238), Tafsir Baydowi (jil. 2, hlm. 579), kedua-duanya ketika menafsirkan surah al-Kauthar. al-Khubawi menyebutkanya dalam kitab Durrat al-Nasihin (hlm. 307). Hadis ini dihukumkan palsu oleh Ibn al-Jawzi, Ibn Hajar, al-Munawi dll. (Lih. al-Mawdu’at, jil. 1, hlm. 239-250; al-Kaafi al-shaaf, hlm. 188; Fath al-samaawi, jil. 3, hlm. 1128). Alasannya, hadis ini termasuk yang dipalsukan (dibuat) oleh Maysarah Ibn Abd Rabbuh.

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الاِخْلاَصِ فِي عُمْرِهِ مَرَّةً وَاحِدَةً، لاَ يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْيَا حَتىَّ يَرَى مَكَانَهُ فِي اْلجَنَّةِ .
 Barang siapa yang membaca surah al-Ikhlas sepanjang umurnya satu kali, maka dia tidak akan keluar dari dunia sampai dia melihat tempatnya di surga.
  • Hadis palsu ini diriwayatkan oleh Ibn al-Jawzi, namun pada sanadnya terdapat beberapa orang perawi yang tidak dikenal dan beberapa lainnya yang dituduh sebagai pendusta hadis. Selain itu, bahasa dan pahala yang dijanjikannya juga menunjukkan bahwa ini bukan hadis nabi. Ibn al-Jawzi, al-Zahabi dan al- Kattani al-Syawkani menghukumkan hadis ini palsu. Lih. al-Mawdu’at, jil. 2, hal. 128; al-La’ali, jil. 2, hal. 58; Tartib al-mawdu’at, hadis nomor 506; al-Fawa’id, hadis nomor 948; Tanzih al-syari’ah, jil. 2, hal. 93.

مَنْ قَرَأَ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ عَلَى طَهَارَةٍ مِائَةَ مَرَّةٍ، كَتَبَ اللهُ لَهُ ... كَذَا وَكَذَا .
Siapa yang membaca surah al-Ikhlas dalam keadaan suci sebanyak seratus kali, maka Allah akan memberinya … ini dan itu (banyak sekali versinya)
  • Hadis ini disebutkan dalam kitab Durrat al-nasihin (hal. 314) namun tidak ditemukan siapa perawi hadis ini dalam berbagai literatur hadis yang ada. Dari segi bahasa, nampak sekali bahwa itu bukan bahasa nabi, akan tetapi bahasa para pemberi nasehat (al-wa’iz). Karena itu hadis ini dapat dihukumkan palsu. Lih. Kajian kitab Durrat al-nasihin, hal. 698-699.